Oleh: Tuti Mardianti
Puisi merupakan karya sastra yang menggunakan bahasa sebagai wujud
imajinasi penulisnya. Puisi berisi ungkapan perasaan penyair dimana
bahasanya mengandung rima, irama, dan kiasan. Setiap penyair memiliki
keunikan tersendiri. Meskipun demikian, orang tidak akan memahami sebuah
puisi secara sepenuhnya tanpa menyadari bahwa puisi itu karya seni
sastra yang unik. Begitu pula dengan DAM yang memiliki alasan untuk
segala keunikan yang diciptakannya.
Keunikan puisi DAM dapat dilihat dari segi tata kata yang
digunakannya, dimana puisi-puisinya sarat akan makna estetik. Dalam esai
yang ditulis oleh DAM yang berjudul “Puisi Sebagai Cermin Besar
Peradaban”, DAM mengungkapkan bahwa teks puisi memiliki keunikan dalam
pemaparan bahasa sebagai cara ungkap berbagai masalah kehidupan.
Berbagai masalah kehidupan yang menjadi bahan renungan, hayatan,
pemikiran sastrawan diekspresikan secara unik dan menarik. Keunikan dan
daya tarik wacana puisi tersebut realisasinya berhubungan dengan misi,
visi, dan konsepsi sastrawan selaku kreator. Penyair yang kreatif akan
dapat menghasilkan wacana puisi yang khas, dan dengan demikian memiliki
daya tarik tersendiri.
Sebagai contoh, DAM menuangkan kemampuannya dalam sebuah puisi yang berjudul “Pasar Angso Duo” :
Pasar Angso Duo
harga cabe naik
harga diri turun
turun naik sampan
merapat di tanggo rajo
Agustus, 2010
Pada puisi tersebut dapat dilihat bahwa DAM mengungkapkan perasaannya
dengan kata yang cermat. Seperti pada pemilihan judul puisi “Pasar
Angso Duo”, untuk menyatakan tentang transaksi sosial politik yang
terjadi di Jambi DAM menggunakan ikon Provinsi Jambi sebagai judul
puisinya. “harga cabe naik”, dan “turun naik sampan” menggambarkan tentang tawar-menawar yang terjadi dalam memperebutkan kursi kekuasaan, dan “merapat di tanggo rajo” menggambarkan tujuan dari tawar-menawar politik yaitu kursi kekuasaan.
Keunikan lain dari puisi DAM yaitu rima yang digunakannya. Bunyi
dalam puisi adalah hal penting untuk menggambarkan suasana dalam puisi.
Dalam puisi, bunyi bersifat estetik, yang merupakan unsur puisi untuk
mendapatkan keindahan dan tenaga ekspresif. Bunyi di samping hiasan
dalam puisi, juga mempunyai tugas yang lebih penting lagi, yaitu untuk
memperdalam ucapan, menimbulkan rasa, dan menimbulkan bayangan angan
yang jelas, menimbulkan suasana yang khusus, dan sebagainya (Pradopo,
2010:22). Misalnya dapat dilihat pada puisi DAM yang berjudul “Puisi
Tragedi” :
Puisi Tragedi
bidadari kecil itu berdesah:
“sayapku patah sebelah, ayah”
langit menghitam basah
resah pun buncah
kudengar keluh kesah:
“sebelah sayapku patah lagi, ayah”
hujan tumpah
Bengkel Puisi Swadaya Mandiri, 2010
Pada puisi tersebut, DAM menggunakan rima rangkai, yaitu
persamaan bunyi yang tersusun sama pada akhir semua larik, seperti yang
terdapat pada kata “berdesah”, “patah”, “sebelah”, “ayah”, “basah”, “resah”, “buncah”, “kesah”, “tumpah”.
DAM menyusun bunyi konsonan dan vokal sedemikian rupa sehingga
menimbulkan bunyi yang merdu yang menyebabkan puisi tersebut mengalir ke
perasaan dan membangkitkan imaji-imaji pembaca.
Keunikan puisi DAM terlihat juga pada penggabungan kata
ulang. DAM menggabungkan dua kata hingga menjadi satu kata yang
memberikan efek penyangatan seperti yang terdapat pada puisi yang
berjudul “Kwatrin: Sebelum Berangkat” berikut ini.
Kwatrin Sebelum Berangkat
suraisurai kuda merah-putih hati memantas diri
sebelum matahari memanaskan api pembakaran
jemari tak letih menarinari menunjuk ke langit
yang mengabadikan cinta dan segala prahara
Bengkel Puisi Swadaya Mandiri, Mengawali Mei 2010
Dalam puisi-puisinya, DAM juga banyak mempergunakan kata
dasar tanpa dibentuk dengan awalan atau akhiran. Di samping untuk
mendapatkan irama, hal ini juga untuk mendapatkan ekspresi yang penuh
karena kepadatannya. Misalnya pada puisi “Jambi, Tanah Pilih” berikut
ini.
Jambi Tanah Pilih
telah kupilih tanah amanah
tempat benih
panen buah
Agustus, 2010
Pada puisi di atas, DAM menghilangkan imbuhan pada kata “berbenih” hingga menjadi “benih” dan pada kata “memanen” hingga menjadi “panen”. Penghilangan imbuhan tersebut dilakukan oleh DAM untuk mendapatkan pemadatan puisi.
Di samping keunikan yang telah dijelaskan sebelumnya, DAM
juga melakukan pengulangan kata pada puisi-puisinya. Tak ragu-ragu DAM
menulis ulang judul puisi pada larik awal bait puisinya tanpa mengurangi
kepuitisan puisi tersebut. Hal ini dapat dilihat pada puisi berikut.
Cinta, Selamanya
cinta, selamanya
hanya bisa disebut
dibalut kabut
cinta, selamanya
berbunga nirwana
tapi juga bertangkai neraka
cinta, selamanya
seperti udara memberi nafas
gelora yang mengombak di dada
cinta, selamanya
hanya memberi dan tak meminta
sesiapa yang memberi akan menikmati
sesiapa yang hanya mendamba akan menderita
cinta, selamanya
terasa menyiksa
lukanya seluas samudera
nikmatnya menembus angkasa
cinta, selamanya
tak pernah bertanya
tak pernah tersesat di rimba gelap
cinta, selamanya
menyelam di kedalaman rasa
cinta
Bengkel Puisi Swadaya Mandiri, Jambi, 2010
Pada dasarnya tidak ada satu orang pun yang sama persis. Begitu pula
dengan DAM, puisi-puisinya tetap memiliki keunikan tersendiri. Kedalaman
makna puisi DAM dapat dirasakan bagi siapapun yang membaca karyanya.
Dalam bahasa puisinya yang cerdas tetap tercermin imaji-imaji yang
tajam.
Jambi, Maret 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar