Jumat, 22 Maret 2013

ESTETIKA PENAMPILAN PUISI DAM

Oleh: Retno Daksina Argarini

Secara etimologis, kata puisi dalam bahasa Yunani berasal dari poesis yang artinya berarti penciptaan. Dalam bahasa Inggris, padanan kata puisi ini adalah poetry yang erat dengan –poet dan -poem. Mengenai kata poet, Coulter (dalam Tarigan, 1986:4) menjelaskan bahwa kata poet berasal dari Yunani yang berarti membuat atau mencipta. Menurut (KBBI, 2008: - ) Puisi adalah ragam sastra yang bahasanya terikat oleh irama, matra, rima, serta penyusunan bait dan larik. Puisi merupakan karya sastra yang memiliki nilai-nilai estetika. Estetika sangat penting keberadaanya dalam puisi, karena pada hakikatnya karya sastra merupakan karya imajinatif yang menggunakan bahasa sebagai media dan memiliki nilai estetik yang dominan.

Menurut DAM : Puisi selalu menawarkan daya tarik berupa tawaran dunia fantasi yang diolah berdasarkan diksi, imajinasi dan kontemplasi serta tersaji sebagai teks yang menjadi “tanda-tanda zaman”. Selain itu pada penyair selalu selektif dalam memilih kata. Karena jika pada saat penyair membuat puisi secara sembarang memasukkan kata-kata yang tidak pas atau tidak sesui maka puisi itu tidak akan jadi bagus dan indah, maka dari itu pada saat membuat puisi harus selektif dalam pemilihan kata-katanya. Selain itu bahasa yang digunakan juga harus sesuai agar tidak rancu pada saat dibaca.

Puisi karya-karya DAM tidak diragukan lagi, DAM merupakan salah satu nama yang pantas disebut sebagai tokoh dalam dunia kesusastraan Indonesia. Ada beberapa puisi DAM yang membutuhkan pemahaman yang penuh, jika ingin mengetahui apa maksud dari puisi yang disampaikanya . Begitu halnya dengan saya, masih sering kesulitan untuk mengerti apa maksud dari puisi itu, walaupun kata-kata yang digunakan biasa didengar, hingga dibaca berkali-kali, itu pun masih agak binggung. Namun dipermudah dengan adanya penjelasan dari puisi itu, jadi saya bisa paham apa maksud dari puisi itu.

Esai berjudul Puisi Sebagai Cermin Besar Peradapan karya DAM  pada bagian : Penampilan puisi dapat amat beragam, seperti halnya penampilan dan perilaku seseorang yang juga beragam. Ada seseorang yang berpenampilan perlente, cantik, modis dan mengikuti tren masa kini lengkap dengan assesoris dan make up dan bahasa yang glamor. Sebaliknya, ada seseorang yang suka penampilan sederhana, tidak neko-neko, tidak banyak ulah,lembut tutur katanya, sopan, beradab, dan menjunjung tinggi norma-norma. Apakah puisi harus modis dan mengikuti tren masa kini? Apakah di balik kesederhanaan puisi tidak ditemukan sesuatu yang istimewa?

Menurut saya puisi tidak harus modis, karena yang terpenting dalam puisi adalah isi puisinya, namun jangan lupakan unsur keindahan dan penampilan puisi itu sendiri. Menurut saya dibalik kesederhanaan puisi bisa saja ditemukan sesuatu yang istimewa, walaupun penampilan sederhana namun isinya indah. Namun penampilan juga harus diperhatikan agar dapat menarik perhatian pembaca. Jadi keindahan (estetika) penampilan puisi juga harus diperhatikan juga selain isi puisi.

Berikut puisi karya DAM  yang berjudul Tarian  Jemari di Beranda Cinta,

Tarian Jemari di Beranda Cinta

saat aku mencium kembali kelebatan bayangmu
malam ini kembali aku membuka album yang menyimpan genang
kenangan
seperti museum mengabadikan ayat-ayat tentang musim senyummu begitu ranum

di beranda rumah cinta, saat itu, tarian jemari
melukis dinding hati dengan kaligrafi
usai mengaji, kemabli kita kaji warna cinta
bahasa mawardan debar yang mendebur

persis dihalaman muka di kaca jendela memantul cahaya
sebuah pesona menyergap dan meresap
lalu kata-kata yang merapap di dinding kutangkap
dan kutangkap sebagai isyarat

sanggar kreasi, 03/02/2012

Puisi di atas menggambarkan seseorang yang sedang berdoa atau berzikir dengan mengagungkan nama-nama Allah yang Maha Kuasa, “di beranda rumah cinta, saat itu, tarian jemari/ melukiskan dinding hati dengan kaligrafi”. Puisi tersebut banyak mengunakan bahasa kias dan mengunakan simbol. Hal itu yang membuat puisi tersebut memiliki estetika. Seperti yang dikatakan DAM dalam esai yang berjudul Puisi Sebagi Cermin Besar Peradaban : Puisi-puisi yang baik akan selalu menunjukkan corak yang menampilkan intersifikasi, korespodensi, dan musikalitas yang sederhana namun mampu menarik perhatian pembaca.

Puisi yang berjudul Tarian Jemari di Beranda Rumah Cinta memiliki tiga hal tersebut, walaupun tampak sederhana namun memiliki nilai estetika yang istimewa, sehingga dapat menarik perhatian para pembacanya. Korespodensi merupakan upaya penyair menjalin gagasan satu kesatuan, seperti “ayat-ayat “dan “kaligrafi” memiliki arti yang sama. Musikalitas merupakan upaya penyair mempermanis, memperkuat dan menonjolkan efek puitik kepada kepada hasil penyair, seperti “usai mengaji, kembali kita kaji warna cinta/ bahasa mawar dan debar yang mendebur” yang memiliki arti setelah mengaji kita mengkaji bahasa mawar (ayat yang indah). Intersifikasi merupakan upaya penyair memperdalam intensitas penuturan dengan berbagai cara pemaparan bahasa, seperti pada puisi  yang diawali dengan si penyair sedang membayangkan sesuatu, kemudian berzikir dengan mengagungkan nama-nama Allah dan setelah mengaji mencoba mengkaji ayat-ayat. Setelah mengkaji ayat-ayat hingga debar yang mendebur  si penyair merasakan  sesuatu (cahaya sebagai lambang Yang Maha Esa)  yang membuatnya terpesona  dan menyerap kata-kata  yang ada di hati yang ia tangkap sebagia suatu isyarat.

Selanjutnya puisi yang ke dua berjudul Beranda Jingga, Cinta Yessika karya DAM dalam bukunya 3 DI HATI.

BERANDA JINGGA, CINTA YESSIKA

senja merapat di beranda dada, mengabarkan
dan mengibarkan cinta semata. kembali kueja
sejumlah nama dalam lembarlembar isyatar-mu
saat matahari merendah dan mencium belahan bukit
saat rembulan keemasan mempercantik malam

beranda ini selalu terbuka. angin yang ingin
leluasa memilah dan memilih sajak paling tuak
di rak yang tersusun dari serpihan rindu
mengabadikan bayangmu

sebuah kacamata baca tergeletak di paha
usia menemu sepatah kata cinta dalam kamus hidup
sepatah kata yang lalu beranakpinak menjadi sajak
sajak yang mengajuk dan mengajak mengeja hidup
penuh degup mencinta

bengkel puisi swadaya mandiri, 2010

Puisi ini menurut saya juga memiliki keindahan yang sama dengan puisi yang pertama hingga dapat menarik perhatian pembacanya. Secara fisik puisi ini terdapat menggunakan bahasa kias dan simbol, seperti “saat matahari merendah mencium belahan bukit” dan pada kata “senja” bisa jadi disimbolkan usia sudah tua. Puisi ini memiliki unsur keindahan selain bahasa kias dan simbol, tetapi cara penyair menuliskanya atau pemilihan kata-katanya. Jika salah satu kata pada puisi itu diganti dengan kata lain yang kurang tepat, maka penampilan puisi itu akan berkurang keindahanya.

Puisi yang indah tidak harus menggunakan kata-kata yang sulit atau agak asing di telinga atau menggunakan istilah, bisa membuat pembacanya tidak mengerti apa maksud dari puisi tersebut dan menjadi malas melanjutkanya membaca karena tidak mengerti. Jadi gunakan bahasa yang mudah dipahami dan sederhana namun indah isi.  Dan jangan lupa penampilan juga harus diperhatikan agar dapat menarik perhatian pembaca.


Demikian, wassalam.

Jambi, Maret 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar