Oleh: Retno Daksina Argarini
Secara etimologis, kata puisi dalam bahasa Yunani berasal dari poesis
yang artinya berarti penciptaan. Dalam bahasa Inggris, padanan kata
puisi ini adalah poetry yang erat dengan –poet dan -poem. Mengenai kata
poet, Coulter (dalam Tarigan, 1986:4) menjelaskan bahwa kata poet
berasal dari Yunani yang berarti membuat atau mencipta. Menurut (KBBI,
2008: - ) Puisi adalah ragam sastra yang bahasanya terikat oleh irama,
matra, rima, serta penyusunan bait dan larik. Puisi merupakan karya
sastra yang memiliki nilai-nilai estetika. Estetika sangat penting
keberadaanya dalam puisi, karena pada
hakikatnya karya sastra merupakan karya imajinatif yang menggunakan
bahasa sebagai media dan memiliki nilai estetik yang dominan.
Menurut DAM : Puisi selalu menawarkan daya tarik berupa tawaran dunia
fantasi yang diolah berdasarkan diksi, imajinasi dan kontemplasi serta
tersaji sebagai teks yang menjadi “tanda-tanda zaman”. Selain
itu pada penyair selalu selektif dalam memilih kata. Karena jika pada
saat penyair membuat puisi secara sembarang memasukkan kata-kata yang
tidak pas atau tidak sesui maka puisi itu tidak akan jadi bagus dan
indah, maka dari itu pada saat membuat puisi harus selektif dalam
pemilihan kata-katanya. Selain itu bahasa yang digunakan juga harus
sesuai agar tidak rancu pada saat dibaca.
Puisi karya-karya DAM tidak diragukan lagi, DAM merupakan salah satu
nama yang pantas disebut sebagai tokoh dalam dunia kesusastraan
Indonesia. Ada beberapa puisi DAM yang membutuhkan pemahaman yang penuh,
jika ingin mengetahui apa maksud dari puisi yang disampaikanya . Begitu
halnya dengan saya, masih sering kesulitan untuk mengerti apa maksud
dari puisi itu, walaupun kata-kata yang digunakan biasa didengar, hingga
dibaca berkali-kali, itu pun masih agak binggung. Namun dipermudah
dengan adanya penjelasan dari puisi itu, jadi saya bisa paham apa maksud
dari puisi itu.
Esai berjudul Puisi Sebagai Cermin Besar Peradapan karya DAM pada
bagian : Penampilan puisi dapat amat beragam, seperti halnya penampilan
dan perilaku seseorang yang juga beragam. Ada seseorang yang
berpenampilan perlente, cantik, modis dan mengikuti tren masa kini
lengkap dengan assesoris dan make up dan bahasa yang
glamor. Sebaliknya, ada seseorang yang suka penampilan sederhana, tidak
neko-neko, tidak banyak ulah,lembut tutur katanya, sopan, beradab, dan
menjunjung tinggi norma-norma. Apakah puisi harus modis dan mengikuti
tren masa kini? Apakah di balik kesederhanaan puisi tidak ditemukan
sesuatu yang istimewa?
Menurut saya puisi tidak harus modis, karena yang terpenting dalam
puisi adalah isi puisinya, namun jangan lupakan unsur keindahan dan
penampilan puisi itu sendiri. Menurut saya dibalik kesederhanaan puisi
bisa saja ditemukan sesuatu yang istimewa, walaupun penampilan sederhana
namun isinya indah. Namun penampilan juga harus diperhatikan agar dapat
menarik perhatian pembaca. Jadi keindahan (estetika) penampilan puisi
juga harus diperhatikan juga selain isi puisi.
Berikut puisi karya DAM yang berjudul Tarian Jemari di Beranda Cinta,
Tarian Jemari di Beranda Cinta
saat aku mencium kembali kelebatan bayangmu
malam ini kembali aku membuka album yang menyimpan genang
kenangan
seperti museum mengabadikan ayat-ayat tentang musim senyummu begitu ranum
di beranda rumah cinta, saat itu, tarian jemari
melukis dinding hati dengan kaligrafi
usai mengaji, kemabli kita kaji warna cinta
bahasa mawardan debar yang mendebur
persis dihalaman muka di kaca jendela memantul cahaya
sebuah pesona menyergap dan meresap
lalu kata-kata yang merapap di dinding kutangkap
dan kutangkap sebagai isyarat
sanggar kreasi, 03/02/2012
Puisi di atas menggambarkan seseorang yang sedang berdoa atau berzikir dengan mengagungkan nama-nama Allah yang Maha Kuasa, “di beranda rumah cinta, saat itu, tarian jemari/ melukiskan dinding hati dengan kaligrafi”.
Puisi tersebut banyak mengunakan bahasa kias dan mengunakan simbol. Hal
itu yang membuat puisi tersebut memiliki estetika. Seperti yang
dikatakan DAM dalam esai yang berjudul Puisi Sebagi Cermin Besar
Peradaban : Puisi-puisi yang baik akan selalu menunjukkan corak yang
menampilkan intersifikasi, korespodensi, dan musikalitas yang sederhana
namun mampu menarik perhatian pembaca.
Puisi yang berjudul Tarian Jemari di Beranda Rumah Cinta memiliki
tiga hal tersebut, walaupun tampak sederhana namun memiliki nilai
estetika yang istimewa, sehingga dapat menarik perhatian para
pembacanya. Korespodensi merupakan upaya penyair menjalin gagasan satu
kesatuan, seperti “ayat-ayat “dan “kaligrafi” memiliki
arti yang sama. Musikalitas merupakan upaya penyair mempermanis,
memperkuat dan menonjolkan efek puitik kepada kepada hasil penyair,
seperti “usai mengaji, kembali kita kaji warna cinta/ bahasa mawar dan debar yang mendebur”
yang memiliki arti setelah mengaji kita mengkaji bahasa mawar (ayat
yang indah). Intersifikasi merupakan upaya penyair memperdalam
intensitas penuturan dengan berbagai cara pemaparan bahasa, seperti pada
puisi yang diawali dengan si penyair sedang membayangkan sesuatu,
kemudian berzikir dengan mengagungkan nama-nama Allah dan setelah
mengaji mencoba mengkaji ayat-ayat. Setelah mengkaji ayat-ayat hingga
debar yang mendebur si penyair merasakan sesuatu (cahaya sebagai
lambang Yang Maha Esa) yang membuatnya terpesona dan menyerap
kata-kata yang ada di hati yang ia tangkap sebagia suatu isyarat.
Selanjutnya puisi yang ke dua berjudul Beranda Jingga, Cinta Yessika karya DAM dalam bukunya 3 DI HATI.
BERANDA JINGGA, CINTA YESSIKA
senja merapat di beranda dada, mengabarkan
dan mengibarkan cinta semata. kembali kueja
sejumlah nama dalam lembarlembar isyatar-mu
saat matahari merendah dan mencium belahan bukit
saat rembulan keemasan mempercantik malam
beranda ini selalu terbuka. angin yang ingin
leluasa memilah dan memilih sajak paling tuak
di rak yang tersusun dari serpihan rindu
mengabadikan bayangmu
sebuah kacamata baca tergeletak di paha
usia menemu sepatah kata cinta dalam kamus hidup
sepatah kata yang lalu beranakpinak menjadi sajak
sajak yang mengajuk dan mengajak mengeja hidup
penuh degup mencinta
bengkel puisi swadaya mandiri, 2010
Puisi ini menurut saya juga memiliki keindahan yang sama dengan puisi
yang pertama hingga dapat menarik perhatian pembacanya. Secara fisik
puisi ini terdapat menggunakan bahasa kias dan simbol, seperti “saat matahari merendah mencium belahan bukit” dan pada kata “senja”
bisa jadi disimbolkan usia sudah tua. Puisi ini memiliki unsur
keindahan selain bahasa kias dan simbol, tetapi cara penyair
menuliskanya atau pemilihan kata-katanya. Jika salah satu kata pada
puisi itu diganti dengan kata lain yang kurang tepat, maka penampilan
puisi itu akan berkurang keindahanya.
Puisi yang indah tidak harus menggunakan kata-kata yang sulit atau
agak asing di telinga atau menggunakan istilah, bisa membuat pembacanya
tidak mengerti apa maksud dari puisi tersebut dan menjadi malas
melanjutkanya membaca karena tidak mengerti. Jadi gunakan bahasa yang
mudah dipahami dan sederhana namun indah isi. Dan jangan lupa
penampilan juga harus diperhatikan agar dapat menarik perhatian pembaca.
Demikian, wassalam.
Jambi, Maret 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar