Rabu, 20 Maret 2013

MEMAHAMI "WAJAH IBU" DIMAS ARIKA MIHARDJA

Oleh : WINDA SARI (RRA1B11056)

Puisi bagi saya merupakan ungkapan isi hati dari hasil renungan yang sedang dirasakan dan di iringi dengan pemilihan kata – kata yang indah. “Puisi sesungguhnya bukan sekedar eksperesi kreatif yang menyampaikan suara hati “(Taufik Ismail : 2006) ekspreasi kreatif itu tidak hanya mampu mengekspresikan melalui sebuah renungan, kata – kata saja tetapi harus kita ekspresikan melalui sebuah tulisan.

“Puisi ialah Ekspresi pemikiran yang membangkitkan imajinasi panca indera dalam suasana yang berirama, "( Rahmat Joko Pradopo ). Nilai makna sebuah puisi mampu menumbuhkan rasa ingin tahu terhadap nilai – nilai yang ada dalam puisi tersebut seperti dalam puisi di bawah ini :

Wajah Ibu

Pepohonan rindang daun adalah engkau, ibu
Tak lelah mengairi dan mengalirkan embun di musim kemarau
Engkaulah, wajah yang bukan sekedar wajah
Semata tengadah pada bulan merah jambu
Sebisa pasrah pada buaian rindu

Telaga warna adalah wajahmu, ibu
Meronda kenangan menyulam riak
Dan ombak kasih sayang , engkau ngalir
Dalam nadi menjadi energi mewarnai pelangi

Dangau persinggahan adalah juga wajahmu, ibu
Sebuah tikar kesabaran tergelar
Di altar persembahan

Ibu ialah laut biru
Di laut hatiku


Bengkel puisi swadaya mandiri, jambi 2010

Apakah yang menarik dari puisi Dimas Arika Mihardja diatas ? Puisi selalu mempunyai makna tersendiri, terkadang seseorang membuat sebuah puisi terinspirasi dari karya orang lain. Ada juga yang terinspirasi dari idenya sendiri. Setiap puisi pasti memiliki pemilihan kata –kata yang indah , mampu menjadi ciri khas dari puisi itu sendiri Reevers (  Dalam Herman). ( Waluyo 1995 : 22 ) menyatakan bahwa “puisi merupakan jenis karya sastra yang bersifat imajinatif. Penulis tidak bisa asal – asal memilih kata, dan berimajinasi apabila sebuah puisi pemilihan kata –katanya tidak tepat, maka makna puisi tidak memiliki kesinambungan antara kata yang satu dengan yang lain. Apabila pemilihan kata tidak tepat, maka puisi tersebut tidak memiliki makna dan pembaca akan tidak mengerti dengan makna puisi yang akan di sampaikan terkesan gelap.

Puisi yang di tulis oleh Dimas Arika Mihardja bertajuk “Wajah Ibu, Sajak Emas” ini hadir bermakna kias, sehingga sulit di mengerti. apabila hanya dibaca sekilas saja tidak adanya penghayatan dari pembaca maka pembaca tidak dapat menangkap makna yang tersirat dalam puisi tersebut.

Teks puisi di bentuk dan diciptakan oleh penyair tampaknya berdasarkan ungkapan perasaan kagum oleh sosok seorang ibu yang di tulis melalui sebuah karya tulis puisi yang sejalan dengan perasaan penyair kagum dengan sosok ibunya yang selalu ada buat anak- anaknya. Artinya keseluruhan ungkapan kekaguman seorang anaknya terhadap ibunya merupakan perasaan yang wajar bagi seorang anak. Bagi seorang anak harus patuh kepada kedua orang tuanya itu merupakan kewajiban seorang anak khususnya patuh terhadap ibunya seperti teks dalam puisi ini. Sosok seorang ibu yang selalu menjadi tempat berlindung buat anaknya di ibaratkan dalam larik “Pepohonan rindang daun adalah engkau, ibu”. “Tak lelah mengairi dan mengalirkan embun di musim kemarau, “Engkaulah wajah bukan sekedar wajah”, “semata tengadah pada bulan merah jambu, sebisa pasrah pada buian rindu” bait ini secara padat utuh menggunakan kata kias. Dimana sosok seorang ibu tak pernah sirna untuk selalu ada buat anaknya maupun dalam suka dan duka. Ibu senantiasa selalu ada memberikan yang terbaik buat anaknya. Sosok seorang ibu bukanlah sosok  yang biasa saja. Tetapi sosok seorang ibu adalah sosok yang luar biasa buat anak-anaknya. Pada “bulan” inilah seorang anak mengungkapkan kerinduan kepada sosok seorang ibu yang selalu menemani perjalanan hidup, memberi nasehat yang tidak akan pernah henti. Bentuk ulang kata “ibu” agaknya menjadi kunci penting sebagai pangkal tolak pemahaman dan penafsiran. Bahwa puisi dimas arika mihardja berdimensi perasaan pribadi ( personal ). Bentuk kekaguman sosok seorang ibu itulah sebabnya “wajah ibu” pada judul puisi dapat dimaknai sebagai sosok ibu dengan menggambarkan “Pepohanan rindang”.

Kita baca dan cermati bait 2 puisi karya Dimas Arika Mihardja dibawah ini:

Telaga warna adalah wajahmu, ibu
Merenda kenangan menyulam riak
Dan ombak kasih sayang, engkau ngalir
Dalam nadi menjadi energi mewarnai pelangi

Kata personalisasi terungkap secara nyata dan jelas pada lirik puisi bait ke 2 ini melalui “Telaga warna adalah wajahmu, ibu “ sebagai lambang sosok seorang ibu diibaratkan. “kenangan indah bersamamu ibu, serta begitu banyak bentuk kasih sayang seorang ibu kepada anaknya selalu mengalir di setiap perjalanan hidup anaknya menjadi sebuah inspirasi dalam kehidupan. Dalam bait ini muncul kata “ibu” lagi yang mendalam bahwa puisi ini mengkaji sosok seorang ibu yang menjadi energi kehidupan yang mewarnai hidup.

Secara fisik bait teks  puisi ini terungkap melalui bahasa yang penuh dengan symbol, bahasa kias ini menunjukkan agar kata- kata dalam puisi terlihat indah dan memiliki keunikan dari sebuah symbol tersendiri. Kekaguman sosok seorang ibu di ibaratkan pepohonan rindang dan telaga warna, ombak kasih sayang, dengan persinggahan sebuah tikar kesabaran dan yang terakhir pada kata “ibu” ialah laut biru diluas hatiku”.  Ada gaya retorik penyampaian dalam bait kedua ini penyair mengatakan “ sebuah tikar kesabaran tergolong ini menunjukkan bukti kesabaran hati seorang di persembahkan untuk anak- anaknya. Larik “ ibu ialah laut biru” terpapar begitu jelas sosok seorang ibu begitu luas di hati seorang anak seluas laut biru”. Antara bait 1, bait 2, bait 3, bait 4, dan bait 5 mempunyai kesinambungan kata- kata sehingga puisi Dimas Arika Mihardja ini memiliki korespondensi sehingga antara intensifikasi, korespondensi pada puisi ini mampu menarik perhatian pembacanya.

Dari makna puisi yang dapat saya tangkap dari puisi Dimas Arika Mihardja yang berjudul “wajah ibu” membuat saya terinsipirasi dari struktur kata –kata yang ada di dalam puisi tersebut. Selain itu yang bagi saya menarik untuk memahami puisi ini adalah keunikan mengungkapkan bentuk dari perasaan kagum terhadap sosok seorang ibu. Puisi ini memiliki kesan tersendiri buat saya karena selain puisi ini tergolong personalitas. Puisi ini juga mampu membawa pembaca kearah positif bahawa sosok seorang ibu begitu mulia buat anaknya. Dari sebuah pengorbanan ibu melahirkan samapi membesarkan anak- anaknya dengan penuh kasih sayang yang tulus. Jadi wajar kalau ada pepatah mengatakan “surga di telapak kaki ibu”. Semoga dengan hadirnya sebuah puisi dari Dimas Arika Mihardja ini dapat membawa manfaat bagi pembaca untuk menghargai sosok seorang ibu. Puisi ini memberikan kesan dan persaan personalitas ke dalam bahasa kias, namun mampu memikat hati pembaca.


Jambi, 11 Maret 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar