Jumat, 01 April 2011

KEPENYAIRAN DIMAS ARIKA MIHARDJA

Oleh Djazlam Zainal (Melaka, Malaysia)

Mengenali Dimas Arika Mihardja atau nama asalnya Sudaryono ( Dr. ) adalah mengenali sosok tubuh seniman yang sangat mesra dan menyenangkan. Dengan bahasa puitisnya, beliau menakluki jagat raya. Puisinya mengalir terus sejak 2 dekad yang lalu mencakup semua dimensi dan suasana. Suaranya dilantunkan dalam acara baca puisi di mana-mana. Dimas adalah syair hidup yang gemanya cukup santun dan indah.

Dilahirkan di Jogjakarta pada 3 July 1959. Pendidikannya hingga mencapai puncak paling tinggi hingga meraih doktor falsafah bergelar profesor, pada tahun 2002. Pada tahun 1985, beliau berhijrah ke Jambi untuk menjadi dosen di Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni FKIP Universitas Jambi. Desertasi gelar doktornya berjodol, Pasemon dalam Wacana Puisi Indonesia.

Sebagai penyair, Dimas telah mempunyai kumpulan puisinya iaitu Sang Guru Sejati ( 1991 ) Malim Kundang ( 1993 ) Upacara Gerimis ( 1994 ) Potret Diri ( 1997 ) Ketika Jarum Jam Leleh dan Lelah Berdetak ( 2003 ) Sajak Emas - 200 puisi sexy ( 2010 ) Puisinya tersebar dalam media massa lokal Sumatera seperti Jambi, Padang, Palembang, Lampong, Riau, Medan dan Jawa seperti Surabaya, Malang, Semarang, Jogja, Bandung dan Jakarta.

Selain puisi, Dimas menulis cerpen, kritikan dan esei sastra. Sebagai ilmuan, Dimas mengerjakan kajian-kajian ilmiah untuk pelbagai jurnal, pemakalah, juri lomba dan forum. Dimas sangat serius dengan cakupannya.

Memang belum melangit namanya sebanding Ahmadun Yosi Herfanda, Afrizal Noor, Jose Rizal Manua, Djamal D. Rahman, Abidah Al-Khalaque dan sebagainya. Namun sumbangan Dimas terhadap puisi Indonesia selama 25 tahun sangat konsisten. Dimas harus dilihat sebagai dalang di atas panggung yang menggerakkan tangan-tangan wayang dalam aroma pendidikan dan kesenjangan ilmu. Dan rasanya Dimas akan berpautan seperti itu sepanjang usianya sebagai doktor yang menekuni puisi, memberi dan sekaligus menikmati.


Satu dari ratusan puisinya ialah Melawat Langit.


memandang keluasanan angkasa, apakah yang kalian lihat?
barisan awan menjad hujan
cahaya kilat lesat di jantung dan lidahmu

menyebut nama yang mengambang
dalam aroma tembang kasmaran


angkasa itu membiru serupa bentangan kain sutra
apakah kalian betah berlamalama memandangnya?
saat kehausan aku merasa sapuan tangan
melukis namamu, ya, semata namamu



Jambi, 2010


rujukan
1. Sajak Emas - 200 puisi sexy ( 2010 )
2. Pengalaman sekamar dan berwisata bersama ( sekitar Desember 2010 di Aceh )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar