Kamis, 07 Juni 2012

SEJUMPUT MARHAMAH

: illustrasi dari puisi Kisah Sila dan Turahmi di Rumah Makrifat
karya, Yessika Susastra,Jambi.
Oleh: Moh Syahrier Daeng

Suatu hari Rasulullah SAW bersabda di antara para sahabatnya :
" Sesungguhnya di antara hamba-hamba Allah ada sejumlah orang yang bukan Nabi- nabi dan tidak pula syuhada, tetapi sangat disenangi para Nabi-nabi dan syuhada lantaran kedudukan istimewa yang diberikan Allah kepada mereka ".

Para sahabat bertanya : " Ceriterakan kepada kami, siapa mereka itu ? ".
Rasulullah menjawab : " Mereka adalah satu golongan yang dengan rahmat Allah saling mencintai, padahal antara mereka tidak ada ikatan darah, dan tidak pula dipertalikan oleh harta dengan saling memberi di antara mereka. Demi Allah, wajah- wajah mereka, cahaya mereka berada dalam cahaya. Mereka tidak takut atau khawatir ketika orang-orang lain pada ketakutan, mereka tidak berduka cita ketika orang-orang lain pada berduka cita " (HR.Abu Daud).

Perjalanan kita kali ini ke taman bunga yang pagarnya cinta yang senantiasa dipupuk kesetiaan yang harumnya merebak bersama arah angin, melintasi ruang, menyilang waktu yang dilembabkan oleh gerimis subuh sebelum kita merentang sayap, terbang bersama burung-burung meninggalkan sarangnya dan kita pasrahkan sekeping napas ini kepada tentu menentu, hingga yang tersisa hanya secarik riwayat bagi mereka yang menyulam kenangan.

Sungguh, saya masih membayangkan puisi " Kisah Sila dan Turahmi di Rumah Makrifat " yang dipajang oleh penulisnya dua pekan yang lalu dan baru sekarang bisa kukisahkan sedikit makna, lantaran begitu luasnya ruang yang akan dimasuki :

di beranda dada, sila duduk bersila
dan turahmi tidak lagi sendiri, sebab terasa ada sayap-sayap kehangatan
di luas sajadah motif kembang, pintu ka'bah
kubah dan lampu gantung

Bagi saya, cukup satu bait saja dari puisi ini sudah terlalu luas untuk diselami. Tidak ada keberanian saya untuk mengusik puisi yang gaya bahasanya melenggang seperti anak dara yang sedang kasmaran, yang kerangkanya tersusun rapi berkat asuhan dari arsitektur puisi, esei dan keluh-kesah, yang alurnya meliuk laksana Sungai Batanghari yang airnya tenang di tengah, deras di tepi. O puti, betapa engkau telah melahirkan puisi-puisi.

Puisi ini telah mengusung tema sangat besar, yaitu " MARHAMAH " (kasih sayang). Ketika marhamah ini diserahkan kepada bumi dan langit, mereka tidak sanggup memikulnya. Diserahkan lagi kepada segenap makhluk, pun mereka tidak mampu mengangkat beban. Tetapi manusia berjanji dan menyatakan kesanggupannya, maka sejak itu, Allah menjadikan cinta sebagai jalan sillaturrahmi (rentang tali kasih sayang).

Kata " marhamah " hanya satu kali disebut dalam Al Qur'an : WATAWASAO BIL MARHAMAH ( Al Balad :17), artinya : berpesan-pesanlah pada kasih sayang. Pokok marhamah kemudian berkembang menjadi beberapa cabang, di antaranya adalah sillaturrahmi. Seterusnya kata sillaturrahmi menjadi simbol rahmatan lil alamin. Saya sebut simbol, karena hanya sedit orang yang memahami makna sillaturrahmi dan lebih sedikit lagi yang mampu mengamalkannya, kecuali mereka yang mendapat petunjuk dan hidayah dari Allah SWT. Begitulah mutiara yang sedikit menjadi mahal nilainya.

-------------------
Puisi ini dibuka dengan sepotong kalimat : " di beranda dada , ........ "
Apa hubungannya dada dengan marhamah ? Salah satu jalan untuk mencapai taqwa melalui marhamah yang terminalnya di rongga dada, tersembunyi di lubuk yang paling ceruk. Tidak ada yang tahu kedudukannya kecuali kita sendiri serta Yang Maha Melihat. Maka ketika berkhutbah, Rasulullah bersabda : " Taqwa itu di sini ", sambil menunjuk dadanya. Dengan demikian, marhamah juga terletak di dada, bukan di lembaran, tidak juga di ucapan yang manis-manis jambu. Bukan di keramaian pesta dan upacara pamer lupa diri, kesombongan, merasa lebih dari yang lainnya, merasa... merasa , entahlah !

Ada 3 komponen dalam bangunan sillaturrahmi, yaitu :
MARHAMAH : getaran belas kasihan yang mendorong kesediaan memberi maaf
dan mengulurkan tangan kepada orang lain.
MAWADAH : kecendrungan hati mencintai, menyayangi orang lain
MU'ATHAFAH : kesediaan hati mundur untuk memberi dan berbagi kesenangan
kepada orang lain.

Oleh sebab itu dalam Surah Al Balad disebut adanya " Aqabah " (jalan susah) untuk mencapai marhamah : " Tahukah kamu jalan susah itu ? " ( 12), yaitu :
Mencapai dan memberikan kemerdekaan (13)
Memberi makan ketika kelaparan (14)
Menyantuni keluarga anak yatim (15)
Menyantuni fakir miskin (16)

Pada akhirnya apa yang kita cintai ada dalam kandungan diri kita sendiri, yaitu di antara jepitan tulang-tulang rusuk dan yang paling dekat ke urat leher yang tanpa kita sadari. Di situlah muatan yang sesungguhnya : " Tidak memuat bumi Ku dan langit-langit Ku, tetapi hati hamba Ku yang mukmin dapat memuatku (Hadis Kudsi).

Izinkan saya tutup kisah dengan doa cinta Rasullullah SAW : " Ya Allah, berikan rezeki kepadaku cinta kepada Mu dan cinta kepada orang-orang yang mencintai Mu. Cinta kepada apa yang mendekatkan aku kepada Mu dan cinta kepada Mu itu lebih kucintai dari pada air dingin " . ALLAHUMMA ANTA MAKSUDIN WARIDHAKA MATLUBI.

6 komentar:

  1. Membuat saya semakin bersyukur dan percaya diri mempunyai nama Marhamah, terimakasih tulisannya๐Ÿ˜„

    BalasHapus
  2. Terima kasih, sangat mengesankan.
    Mohon ijin untuk men-share.๐Ÿ‘๐Ÿ‘๐Ÿ‘๐Ÿ™

    BalasHapus