Rabu, 29 Juni 2011

KESASTRAAN KALSEL SEBELUM, SEMASA, DAN SESUDAH TAHUN 70-AN

Oleh : Arsyad Indradi



Alhamdulillah aku masih menyimpan buku Data-Data Kesenian Daerah Kalsel yang berupa stensilan yang diterbitkan Depdikbud Kan.Wil Prov.Kalsel, Proyek Pusat Pengenbangan Kesenian Kalsel 1975/1976, karena pada tahun 90-an kantor ini terbakar, arsip Data Seni Budaya yang lainnya entahlah apakah dapat diselamatkan. Buku ini sangat penting untuk mengetahui perkembangan kesastraan Kalsel pada masa itu.

Tulisan ini khusus mengetengahkan data perkembangan kesastraan Kalsel merujuk pada buku Data-Data Kesenian Daerah Kalsel tersebut.

Perkembangan kesastraan Kalsel tentu saja tidak terlepas dari perkembangan kesastraan Indonesia, karena sastrawannya ikut memberikan andilnya bagi perkembangan kesastraan Indonesia. Ini tampak dalam periode - periode perkembangannya dari masing- masing periode tersebut. Periode – periode tersebut adalah :
1. Periode Sebelum Perang
2. Periode Pendudukan Jepang / Revolusi Fisik
3. Periode Tahun 50-an
4. Periode Tahun 60-an
5. Periode Tahun 70-an

1. Periode Sebelum Perang

Pada periode ini yang paling menonjol adalah Merayu Sukma ( nama aslinya : Muhammad Sulaiman ). Ada beberapa bukunya yaitu :
Putra Mahkota Yang Terbuang ( roman sejarah ), Yurni Yusri ( roman detektif ), Kunang-Kunang Kuning ( roman detektif ), Sinar Memecah Rahasia ( roman detektif ), Berlindung dibalik Tabir ( roman ), Jiwa yang Disiksa Dosa (roman), dan Jurang Meminta Korban ( roman ). Hampir semua bukunya diterbitkan di Medan. Sayangnya buku-bukunya ini tidak dicetak ulang sehingga sulit didapat. Masa produktifitasnya terhenti ditahun 50-an sampai akhir hayatnya.

Penulis lainnya adalah Arthum Artha karyanya berupa cerpen banyak dimuat di majalah Terang Bulan (Surabaya). Selain cerpen ia menulis roman antara lain : Gadis Zaman Kartini ( Gemilang,1949,Kandangan), Tahanan Yang Hilang ( Pustaka Dirgahayu,1950, Balikpapan), Kepada Kekasihku Rokhayanah ( Mayang Mekar,1951,Banjarmasin). Puisi-puisinya juga bertebaran di majalah Mimbar Indonesia, Siasat/Gelanggang, Indonesia, Pelopor, Mutiara, Zenith,Gajahmada dan lain-lain.

Pada periode ini muncul Maseri Matali (Kandangan) dan puncak karyanya menjelang akhir revolusi fisik sampai tahun 1952. Ia satu-satunya Penyair Kalsel yang disoroti kritikus HB Yassin. Puisi-puisinya umumnya dimuat di Mimbar Indonesia, Pancawarna, Waktu dan Bakhti. Ia dianggap penyair yang kuat pada zamannya. Ia tidak sempat menerbitkan semua karyanya dalam satu antologi. Tetapi setahun setelah ia wafat (1969), sebanyak 15 puisinya dibukukan oleh D.Zauhidhie dkk. dalam judul “ Nyala “ (stensilan).

Muncul di periode ini seperti, M.Yusuf Aziddin, Mugeni Jafri, Haspan Hadna. Karya-karya mereka hampir tak pernah dibaca oleh generasi berikutnya karena di samping tidak banyak juga tidak pernah dibukukan.

Selengkapnya klik http://penyairnusantara.blogspot.com atau http://penyair-kalsel.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar